watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

NIKMAT DALAM KEPEDIHAN

Saya mengenal Rani pertama kali lewat IRC.
Mulanya kami ngobrol biasa saja (kenalan,
bercanda, tebak-tebakan, dan sebagainya).
Menginjak minggu ke dua, tidak di sangka dia
menanggapi secara antusias setiap obrolan saya yang berbau seks.

Sampai saat itu sebenarnya
saya masih ragu apakah Rani ini betul-betul
perempuan atau cuma laki-laki iseng yang
menyamar sebagai wanita. Maklumlah, selama ini
kami berkomunikasi hanya secara tulisan, bukan
lisan. Keragu-raguan itu akhirnya musnah setelah
kami melakukan “copy darat” di Plaza Senayan.
Ternyata dia seorang wanita muda. Tidak begitu
cantik tapi tidak juga jelek. Sedang-sedang
sajalah. Yang istimewa darinya adalah bentuk
tubuh yang montok dan buah dadanya yang
besar di atas rata-rata buah dada wanita
Indonesia.
Setelah berbicara beberapa saat, dia mengajakku
ke rumahnya di daerah Pondok Indah. Dari situ
saya mengetahui bahwa Rani sebenarnya adalah
seorang ibu rumah tangga. Suaminya sekarang
sedang bekerja di sebuah kontraktor.
Setelah masuk ke ruang tamu, Rani
mempersilakan saya menunggu, sementara dia
membuatkan es jeruk untuk saya. Agak lama
saya menunggu sampai akhirnya saya melihat
Rani keluar membawa segelas es jeruk. Pakaian
kerjanya telah ia ganti menjadi daster tipis. Darah
saya langsung berdesir melihat puting susunya
yang menyembul karena ia melepaskan BH-nya.
Setelah saya minum beberapa teguk, tidak saya
sangka Rani langsung memeluk dan menciumi
saya dengan sangat bernafsu. Lidahnya menjalar
di dalam rongga mulut saya. Tangannya
memasuki kemeja saya lalu mengusap-usap
dada saya. Kemudian tangannya mulai bergerak
turun, menuju ritsluiting celana luar saya lalu
membukanya. Jari-jarinya menyeruak masuk ke
celana dalam dan menyentuh bulu-bulu keriting
sebelum akhirnya sampai pada penis saya yang
sudah membesar. Nikmat sekali rasanya.
Tangannya meremas-remas penis saya dan
sesekali meremas pula kantong pelir saya.

Saya menyambutnya dengan memasukkan jari saya
ke dalam dasternya. Buah dadanya yang sangat
besar kuremas dengan sangat bernafsu. Tangan
satu lagi saya masukkan ke dalam celana
dalamnya. Dari situ saya masukkan jari tengah
saya ke dalam lubang vaginanya yang sudah
basah. Dia mengerang ketika jari-jari tangan saya
mengorek-ngorek dinding vaginanya. Tidak puas
dengan satu jari, saya masukkan lagi jari telunjuk
saya hingga sekarang dua jari masuk ke dalam
vaginanya. Jari manis dan jempol saya gunakan
untuk mencubit-cubit kelentitnya yang besar dan
keras. Dia merintih manja.
Di saat-saat hot seperti itu tiba-tiba dia
melepaskan pelukannya. “Di dalam saja yuk”,
pintanya sambil menarik tanganku. Aku menurut
lalu mengikutinya menuju kamar tidur. Di sana
dia mulai melepaskan seluruh pakaiannya, begitu
pula saya hingga kami sekarang dalam keadaan
telanjang bulat.

“Ikat saya pakai ini”, katanya sambil memberikan
kepadaku beberapa utas tali. Saya terdiam
keheranan. “Ayo, jangan ragu-ragu. Siksa dan
sakiti aku sepuas hatimu.”
“Tapi..”, tanyaku.
“Jangan takut, Rani menikmati kok. Ayo cepat..
tunggu apa lagi?”
“Oke”, sahut saya. Memang inilah yang paling
saya senangi. Bergegas saya mengambil
segumpal kain lalu memasukkannya ke dalam
mulutnya. Setelah itu mulutnya saya ikat kuat
hingga tak mungkin dia dapat berteriak. Kalaupun
berteriak, suaranya tidak akan terdengar karena
sangat lirih terendam kain tebal. Setelah itu kedua
tangan dan kedua kakinya saya ikat ke masing-
masing sudut tempat tidur. Sekarang tubuhnya
sudah benar-benar tidak berkutik. Posisinya
telentang seperti patung pembebasan Irian Barat.

Siksaan dimulai. Buah dadanya yang sangat besar
saya tarik kuat-kuat lalu pangkalnya saya ikat
hingga sekarang bentuk buah dadanya seperti
balon. Demikian pula dengan buah dadanya yang
satu lagi. Dia menjerit sekuat-kuatnya. Saya dapat
melihat buah dadanya yang putih dan montok
sekarang berubah kemerah-merahan. Pembuluh
darahnya membesar sebab darah tidak dapat
mengalir lancar. Benar-benar mengerikan
bentuknya. Saya ambil dua utas karet gelang.
Karet gelang itu saya pilin berkali-kali sampai kecil
lalu saya ikatkan ke puting susunya. Rani menjerit
sekuat-kuatnya. Tubuhnya mengejang
merasakan sakit yang tiada tara.
Saya lari ke belakang, ke tempat jemuran. Di sana
saya mengambil beberapa penjepit jemuran.
Sampai di kamar ternyata Rani sudah mulai agak
tenang. Tanpa buang waktu, saya jepit kedua
puting susunya. Dia menjerit sangat keras.
Tubuhnya kembali meronta-ronta. Tapi ikatan
pada tubuhnya terlalu kuat hingga dia tidak dapat
berkutik. Penjepit berikutnya hendak saya pasang
di kelentitnya. Tapi dia meronta. Mulutnya
berusaha mengatakan sesuatu tapi kain yang
membungkam mulutnya membuat kata-katanya
tidak terdengar jelas bagiku. Ketika saya hendak
menjepitkan penjepit itu ke klitorisnya, dia
menggoyang-goyangkan pinggulnya agar usaha
saya gagal. Tapi saya tidak menyerah begitu saja,
perutnya saya duduki lalu secepat kilat penjepit itu
sudah menancap erat di klitorisnya. Rani menjerit
sangat kuat. Tubuhnya mengejang dan meronta-
ronta menahan sakit yang teramat sangat.
Mukanya memerah dan dari matanya saya
melihat tetesan air mata.

Saya tinggalkan tubuhnya yang menggelepar-
gelepar kesakitan. Saya masuk ke ruang makan.
Di dalam lemari es (kotak dingin) saya
menemukan sebuah pare putih (Momordica
charantia, bentuknya seperti mentimun, berasa
agak pahit dan biasanya dijual tukang siomay
bersama tahu, kentang, dan kol) sangat besar.
Pare ini kemudian saya pakai untuk mengocok
lubang vaginanya dengan sangat cepat dan kasar.
Rani menggelepar-gelepar saat pare yang
sepanjang permukaannya berbintil-bintil sebesar
biji jangung itu keluar masuk lubang vaginanya.

Pare yang semula kering sekarang penuh
dilumuri lendir putih, licin, dan berbau khas.
Sebagian lendir lain yang berubah menjadi busa
karena dikocok, meleleh keluar vagina menuju
anus. Rani sepertinya menikmati perlakuan ini.
Bibir vaginanya membesar dan merekah. Setelah
sepuluh menit, saya lihat tubuh Rani mengejang.
Kakinya menendang-nendang. Pinggulnya
terangkat ke atas. Mulutnya berteriak keras. Saya
kira dia mengalami orgasme hebat.
Setelah tubuhnya mulai tenang, saya lepas ikatan
pada kedua kakinya. Kaki itu kemudian saya
angkat ke atas kepalanya hingga lututnya
menyentuh buah dadanya lalu saya ikat kembali.

Saya masukkan penis ke dalam lubang vaginanya
yang menganga lebar. Sampai di sini tidak ada
masalah baginya. Bahkan sepertinya Rani sangat
menikmati. Setelah tiga kali dorongan, saya cabut
penis saya yang sekarang sudah penuh dengan
lendir licin. Dengan cepat saya tusukkan penis
saya ke dalam lubang duburnya. Sempit dan sulit
sekali. Penis saya sampai bengkok. Rani berteriak
hendak mengatakan “Jangan”. Kepalanya
menggeleng-geleng. Saya tidak peduli. Pada
usaha berikutnya saat penis saya benar-benar
keras, lubang anusnya berhasil saya tembus
hingga dalam. Rani menjerit. Setelah masuk
seluruhnya, saya kocokkan penis saya keluar
masuk dengan sangat cepat. Rani kembali
berteriak kesakitan. Kakinya menendang-nendang
tapi percuma saja, karena penis saya tidak
mungkin dapat lepas. Sekitar 4 menit kemudian
saya merasakan ejakulasi telah hampir sampai.

Saya ambil bantal lalu saya tutupkan ke muka
Rani hingga Rani tidak dapat bernafas. Saat itulah
saya mempercepat gerakan penis saya maju
mundur. Sepuluh detik kemudian penis saya
benar-benar menegang, memuntahkan sperma
banyak sekali ke dalam anusnya. Ah, nikmat
sekali. Saya menikmati peristiwa itu selama
belasan detik sampai kemudian saya sadar bahwa
rontaan Rani semakin melemah. Cepat-cepat saya
angkat bantal yang menutupi mukanya. Rani
tersengal-sengal sambil diselingi batuk-batuk.

Hampir saja dia mati tercekik.
Setelah puas, saya mulai melepas semua
ikatannya lalu saya bertanya, apakah ia menikmati
perlakuan saya ini? Dia mengangguk kemudian
memeluk saya erat-erat. Bibirnya menciumi
seluruh muka saya tak henti-hentinya.


Adult | GO HOME | Exit
1/3645
U-ON

inc Powered by Xtgem.com